Pada hari Rabu, 1 Desember 2021, pukul 16.00 penulis berkesempatan untuk mewawancarai Kak Wendy A. Mustaqim, beliau seorang Ahli Botani dan dosen di Universitas Samudra, Langsa, Aceh. Kak Wendy merupakan salah satu alumni Biologi UI angkatan 2008, yang kemudian melanjutkan jenjang pendidikan Magister di IPB jurusan biologi tumbuhan dengan konsentrasi di bidang sistematika tumbuhan.
Cerita Kak Wendy bisa menjadi ahli botani diawali dengan ketertarikan menanam buah-buahan sejak kecil. Lalu, saat kuliah di UI, minat tersebut dikembangkan dengan aktif mengikuti kegiatan BSO Canopy serta melakukan penelitian tumbuhan. Salah satu kegiatan Canopy yaitu sering pergi ke lapangan untuk identifikasi berbagai macam tumbuhan. Kak Wendy yang awalnya ke lapangan karena ingin jalan-jalan, sekarang tidak jarang bertujuan menemukan spesies baru.
Kak Wendy menggeluti bidang botani dengan berfokus pada taksonomi, dengan alasan dari salah satunya dari sekian banyak anggota Canopy, yang memilih bidang taksonomi cukup sedikit, umumnya sekitar 2-3 orang. Sementara itu, di Indonesia masih sangat banyak spesies yang masih belum teridentifikasi. Alasan lain yang memotivasi dalam menekuni ilmu taksonomi yaitu karena “sangat asik dan seru,” ujar Kak Wendy.
Sebagai ahli botani, Kak Wendy berhasil menemukan beberapa spesies baru. Spesies baru yang berhasil ditemukan salah satunya yaitu Syzgyium oransbariense. Spesies ini ditemukan di Manokwari, Papua Barat. Daerah ini belum pernah dikunjungi botani sebelumnya, maka peluang ditemukan sesuatu yang baru cukup tinggi. Dalam menemukan spesies, terkadang tempatnya tidak dapat ditebak, seperti ketika ditemukannya Rigolepis argentii di Toraja, tepatnya pada daerah wisata yang lumayan sering dikunjungi banyak orang dan dapat juga ditemukan di pinggir jalan pedesaan. Spesies baru dapat saja ditemukan di manapun kita berada jika kita memiliki ilmunya.
Dalam melakukan penelitian di lapangan, yang dilakukan Kak Wendy yaitu identifikasi tumbuhan sebanyak-banyaknya. Jika ditemukannya spesies baru, maka dianggapnya sebagai bonus. Pengindentifikasian tumbuhan oleh pakar lebih mudah hanya melewati pengamatan. Setelah tumbuhan diamati, diambil dokumentasi dan sampel yang akan dibawa ke laboratorium untuk dibandingkan dengan literatur.
Botani, khususnya taksonomi, memakan banyak waktu di awal sebelum ke lapangan, karena harus banyak melakukan penelitian pada spesies yang ingin diteliti. Terkadang juga perlu bantuan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), serta dari luar negeri untuk penulisannya. Seterlah dianggap kandidat spesies baru, calonspesies baru harus dipublikasikan lewat jurnal ilmiah.
Kak Wendy sekarang berdomisili di Langsa, Aceh, yang masih memiliki ekosistem alami cukup banyak. Banyak peneliti menduga masih banyak sekali spesies baru yang belum diperkenalkan ke dunia ilmiah. Kak Wendy sendiri memiliki target untuk setidaknya dapat menemukan beberapa jenis spesies baru tiap tahunnya. Kesan Kak Wendy mengenai keberadaan spesies yang belum teridentifikasi di Indonesia cukup menyedihkan karena banyak spesies yang belum sempat di data, namun beberapa sudah terancam punah saat ditemukan.
Tantangan yang harus dilewati dalam proses penelitian spesies yaitu sekarang susah mencari pendukung dana untuk melakukan penelitian dan terkadang bahasa. Harapan untuk kedepannya semoga semakin banyak generasi muda yang tertarik ke bidang botani, karena bisa dikatakan taksonom di Indonesia hampir punah, sebagaimana tren di dunia pada umumnya. Dengan semakin banyak ahli botani, Indonesia dapat bersaing dengan negara tropis lainnya dalam mengkaji dan memanfaatkan keanekaragaman hayati tumbuhan.
Ditulis oleh Staf Magang UKEL 2021