Perjuangan Menjadi Mahasiswa Berprestasi Kategori Olahraga di FMIPA UI 2020

Menjadi seorang mahasiswa berprestasi tidaklah mudah seperti membalikkan tangan. Namun butuh sebuah perjuangan baik hati, mental, dan keterampilan. Inilah sosok juara di kategori olahraga dalam Mahasiswa Berprestasi FMIPA UI 2020 yaitu Jessye Maria-Deanne Awuy, Biologi 2017. Disini dia akan menceritakan segala perjuangan untuk menjadi mahasiswa
berprestasi kategori olahraga sampai memberikan tips agar tetap sehat dan bugar di tengah pandemi ini.

Perjuangan dari seorang yang biasa disapa Jessye ini terbilang unik karena dia merasa belum pantas menjadi seorang mahasiswa berprestasi dengan kontribusinya belum terlalu besar. Namun dengan dorongan teman seangkatannya dan saat H-5 penutupan pendaftaran mapres (mahasiswa berprestasi) ada yang menghubunginya karena di kategori olahraga belum ada yang maju, akhirnya dia memutuskan untuk maju di H-4 penutupan. Saat dia dihubungi oleh pihak penyelenggara merasa di dalam dirinya mengatakan “hah”, “aduh”, “malu” karena harus keluar dari zona nyaman.

Alasan dia memutuskan untuk maju adalah kapan lagi kesempatan ini datang 2 kali bahkan saat detik-detik pendaftaran, Jessye terus menanyakan dirinya layak untuk daftar ini ke orang-orang sekitarnya. Bahkan tidak hanya itu progres menjadi seorang mapres, ada hal yang harus dikerjakan seperti membuat video, esai, dan sebagainya. Untuk membuat segala hal tersebut, dia meminta bantuan teman-temannya yang jago edit video, memikirkan ide esai sebab bagi dia membuat esai yang paling capek butuh ide dan waktu yang panjang. Dan segala hal tersebut selesai tepat waktu dengan adanya sesi begadang hehehe.

Dalam pemikiran seorang Jessye bahwa menang kalah di ajang mapres bukan prioritasnya, yang penting keberanian adalah sebuah pencapaian dirinya. Saat memenangkan ajang ini di kategori olahraga, dia memiliki sebuah ketakutan bila tidak dapat memberikan contoh yang baik karena bagi dia menjadi seorang mapres harus memberikan sebuah contoh yang baik bagi mahasiswa-mahasiswa lainnya. Jessye Awuy merupakan seorang anak yang dari kecil suka mencoba hal baru di bidang olahraga, awalnya dia ingin olahraga baseball namun tidak dibolehkan karena umurnya masih sangat belia. Terus dia mencoba hal baru di olahraga mulai dari basket hingga akhirnya memilih tenis dan merasa dirinya cocok untuk berolahraga tenis di saat SD.

Bahkan di esai untuk menjadi mapres, dirinya menceritakan perjuangan mewakili Indonesia di turnamen-turnamen INTERNASIONAL, mulai dari klub-klub sampai mewakili Indonesia di Malaysia (hebat ya). Mengikuti turnamen-turnamen seperti ini sudah digelutinya dari SD sehingga dia dapat mengontrol emosi dan mental dengan baik karena bisa diketahui butuh sebuah mental yang kuat untuk dapat membawa nama Indonesia ke kancah Internasional. Serta di dalam esai, dia menuliskan harapan untuk Indonesia di bidang olahraga.

Jessye Awuy mengatakan kurangnya kehadiran penonton selama pertandingan sedikit menurunkan semangat para kontingen karena dukungan yang besar mempengaruhi semangat para kontingen untuk berusaha lebih dalam memenangkan pertandingan.

Bagaimana seseorang mapres dapat mengatur waktunnya antara akademik, organisasi, kepanitiaan, dan olahraganya? Untuk mengatur waktu, Jessye Awuy menggunakan skala prioritas untuk organisasi dan kepanitian, menjadikan akademik nomor 1 baru olahraganya. Awalnya memang susah dalam mengatur waktu tetapi jika sudah sering akan terbiasa dan mudah mengatur waktunya. Namun disaat pandemi ini membuat dirinya harus menyesuaikan dengan keadaan.

Tidak hanya berbagi cerita-cerita unik dan seru, Jessye Awuy juga membagikan tips cara tetap sehat dan bugar di tengah pandemi saat akhir sesi wawancara. Untuk menjaga kebugaran dari seorang Jessye Awuy sangat mudah diterapkan di rumah dimulai dari jogging di sekitar kompleks dengan protokol kesehatan, olahraga dengan mengikuti video-video yang ada di YouTube, menjaga pola makan. Di masa pandemi ini, jadwal lebih mudah diatur dan fleksibel.

Diakhir cerita ini, kita dapat melihat perjuangan seorang mahasiswi berprestasi dibidangnya. Untuk menjadi dirinya sekarang butuh proses yang panjang melewati segala masalah emosi dan mental. Tidak hanya itu, kita mendapatkan sebuah pesan bahwa untuk menang atau kalah itu jangan dijadikan prioritas, jadikanlah rasa perjuanganmu sebagai prioritasmu karena itu dapat membuat kita bersyukur tentang talenta yang kita miliki.